Laporan
Pembuatan Kompos Bokashi
OLEH
:
Rendra
Aji Mulyana
Syahrul
Jamil Evi Yulianti
Muh.
Fikra Ririn Eviyanti
Muh.
Tajul Asror Devi Natalia
SEKOLAH
MENENGAH ATAS NEGERI 5 KENDARI
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini.
Terima
kasih kepada guru kami, karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
membuat kompos BOKASHI sehingga kami dapat menyusun (laporan) karya ilmiah ini.
Serta teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan bokashi serta penyusuan laporan
ini. Sehingga laporan ini dapat
diselesaikan.
Laporan
ini tidak lain berisi tentang cara PEMBUATAN
KOMPOS BOKASHI dari bahan yang ada. Laporan ini juga di buat agar siswa
lebih memahami tentang mengelolah lingkungan.
Penulis
menyadari masih banyak yang harus disempurnakan dalam laporan ini, untuk itu
penulis menerima semua saran dan kritik yang bersifat membangun dalam
penyempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat serta memudahkan dalam mempelajari materi
ini.
Kendari, Agustus 2011
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
KATA
PENGANTAR................................................................................................ (i)
DAFTAR
ISI............................................................................................................... (ii)
DAFTAR
GAMBAR.................................................................................................. (iii)
BAB
1 PENDAHULUAN.......................................................................................... 5
1.1 Latar
Belakang......................................................................................... 5
1.2Tujuan dan Prosedur Kerja.................................................................... 7
BAB
2 KAJIAN PUSTAKA..................................................................................... 11
BAB
3 PEMBAHASAN............................................................................................ 15
BAB
4 PENUTUP..................................................................................................... 18
4.1
Kesimpulan............................................................................................. 19
4.2
Saran........................................................................................................ 19
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bahan utama kompos
Gambar 2 Mencacah daun gamal
Gambar 3 Proses pencapuran bahan utama dengan
larutan EM4.
Gambar 4 Tahap
pengadukan
Gambar 5 Tahap
pengeringan (penjemuran)
Gambar
6 Tahap pengemasan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pupuk
Kompos sering didefinisikan sebagai suatu proses penguraian yang terjadi secara
biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan
mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu didalam atau wadah tempat
pengomposan berlangsung.
Peningkatan
produksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti pupuk
buatan/anorganik dan pestisida. Penggunaan pupuk buatan/kimia dan pestisida
saat ini oleh petani kadang kala sudah berlebihan melebihi takaran dan dosis
yang dianjurkan, sehingga menggangu keseimbangan ekosistem, disamping itu tanah
cendrung menjadi tandus, organisme-organisme pengurai seperti zat-zat rensik,
cacing-cacing tanah menjadi habis, demikian juga binatang seperti ular pemangsa
tikus, populasi menurun drastis.
Pemakian pupuk pada waktu yang
bersamaan (awal musim hujan) oleh petani, mengakibatkan sering terjadi
kelangkaan pupuk di pasaran, walaupun ada harganya sangat tinggi, sehingga
sebagian petani tidak sanggup membeli, akibatnya tanaman tidak dipupuk,
produksi tidak optimal. Perlu ada trobosan untuk mengatasi hal tersebut, salah
satu diantaranya adalah pembuatan pupuk organik (kompos).
Bahan pembuatan pupuk organik atau
lebih dikenal dengan kompos memanfatkan limbah pertanian, seperti jerami,
daun-daunan, rumput, pupuk kandang, serbuk gergaji, bahan tersebut mudah
didapat dan tersedia dilahan pertanian.
Hal
itulah yang mendasari kami sebagai siswa- siswi SMAN 5 KENDARI membuat
alternatif pemecahan masalah terhadap hal tersebut untuk membantu para petani
dan lingkungan sekitar yaitu dengan memanfaatkan limbah tersebut dengan menjadikannya
sebagai kompos yang menggunakan
teknologi yang sederhana dan cara pembuatannya lebih mudah dibuat karena
memanfaatkan dari bahan yang mudah didapat seperti kotoran hewan ternak dan
tentunya hasilnya pun lebih baik. Disamping itu pupuk organik memiliki manfaat serta mutu
dan nilai yang ekonomis.
1.2 Tujuan
dan Prosedur kerja
Tujuan
dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan kompos
bokashi serta memberi wawasan baru dari siswa itu sendiri dalam hal mengelola
limbah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kita sendiri maupun orang
lain.
a. Adapun
Prosedur kerja dari pembuatan kompos terbagi menjadi 2, yaitu:
Alat-alat yang
digunakan antara lain:
-
Karung
goni
-
Ember
-
Sarung tangan
-
Masker
-
Alat
pengaduk(sendok semen)
b. Bahan-bahan
pembuatan kompos antara lain:
- Pupuk kandang (kotoran kambing) 25 kg
- Dedak 12,5 kg
- Sekam padi yang
belum dibakar 12 kg.
- Gula pasir 1,5 - 3 sendok makan.
- Air dan EM4 secukupnya.
1.3 Cara Pembuatan Kompos
-
Bersihkan pupuk kandang dari sampah organik seperti ranting
dan batang rumput yang dapat mengganggu
proses pembuatan atau pengadukan.
-
Campurkan bahan-bahan berikutnya berupa dedak dan sekam padi
yang belum dibakar, aduk hingga merata.
-
Campurkan larutan EM4, gula pasir, dan air, aduk hingga
benar-benar larut dan merata.
-
Rapikan dalam bentuk gundukan. Tingginya 20 cm sampai dengan
1 m.
-
Tutup gudukan dengan mengggunakan karung.
-
Aduk (bolak-balik) satu kali setiap hari, dengan membalik
bahan sedemikian rupa sehingga lapisan bagian bawah menjadi berada di bagian
atas, dan sebaiknya. Hal ini dilakukan agar suhu pada bahan tidak panas.
-
Rapikan dan tutup kembali.
1.4 Tahapan pengomposan
1. Pemilahan Sampah
Pada
tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang
lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena
akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan.
2.
Pembalikan
Pembalikan
dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam
tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan
pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
3.
Pematangan
- Setelah pengomposan
berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu
ruangan.
- Pada saat itu tumpukan
telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap
pematangan selama 14 hari.
4. Penyaringan
Penyaringan
dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta
untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari
proses pemilahan di awal proses.
5.
Pengemasan dan Penyimpanan
Kompos
yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran. Kompos
yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan
tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibi jamur dan benih gulma dan
benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk
hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan
tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara yang lengkap meskipun
persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat
bermanfaat bagi tanaman. Kompos juga merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan
aerobik atau anaerobic. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut
agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran
bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan
penambahan aktivator pengomposan.
Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah
dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur
hara dari tanah. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil
panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Peranan kompos bagi kesuburan tanah. Sumbangan
utama yang dapat diberikan oleh kompos dalam kaitannya dengan kesuburan tanah
ialah menyediakan bahan humus kedalam tanah, menyediakan nutrisi pokok
(nitrogen, fosfor, kalium) untuk tanaman, menyediakan unsur hara mikro untuk
tanaman dan memperbaiki kondisi fisik tanah, karena kompos merupakan bahan
koloidal dengan muatan elektrik negatif, sehingga dapat di koagulasikan oleh
kation-kation dan partikel tanah untuk membentuk granula granula tanah. Dengan demikian
penambahan kompos memperbaiki struktur, tekstur dan lapisan tanah (Gaur, 1982).
Beberapa bakteri pembusuk lendir perekat (gum) dan yang
mempunyai pengaruh terhadap agregat tanah telah banyak diisolasi dari kompos,
diantaranya adalah Rhizobium trifolii, Bacillus puvifaciens, Beijerinckia dan Agrobacterium.
Bakteri-bakteri tersebut mempunyai efek yang positif terhadap stabilitas agregat
tanah dan mengandung karbohidrat, asam
uronat dan protein (Subba Rao, 1982).
Kompos selain dapat menghindari perubahan keasaman
dan kebasaan tanah yang cepat, dapat juga meningkatkan infiltrasi air dalam
tanah, mengubah warna tanah dan meningkatkan kapasitas absorpsi panas serta
berguna dalam pengendalian erosi tanah (Gaur, 1982).
Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang
yang berarti “bahan organik yang telah
difermentasikan, pupuk ramah lingkungan dan termaksud bahan organik kaya sumber
kehidupan. Ciri-ciri pupuk bokashi yang baik warna coklat kehitam-hitaman,
bahan hancur, lembab tidak keras dan tidak bau, bau seperti tanah atau humus (Indroprahasto,
2010).
Dalam proses pengomposan di tingkat rumah
tangga, sampah
dapur umumnya menjadi material yang dikomposkan, bersama
dengan starter dan bahan tambahan yang menjadi pembawa starter seperti sekam
padi, sisa
gergaji kayu, ataupun kulit
gandum dan batang jagung (Yusuf,
2000).
Mikroorganisme starter umumnya
berupa bakteri asam laktat, ragi, atau bakteri
fototrofik yang bekerja dalam komunitas bakteri, memfermentasikan
sampah dapur dan mempercepat pembusukan materi organik. Umumnya
pengomposan berlangsung selama 10-14 hari. Kompos yang dihasilkan akan terlihat
berbeda dengan kompos pada umumnya; kompos bokashi akan terlihat hampir sama
dengan sampah aslinya namun lebih pucat. Pembusukan akan terjadi segera setelah
pupuk kompos ditempatkan di dalam tanah.
Pupuk Bokashi,
menurut Wididana et al (1996) dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi
tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan
produksi tanaman, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan
lingkungan. Pupuk bokashi tidak
meningkatkan unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki sifat fisika, kimia, dan
biologi tanah, sehingga pupuk
anorganik masih diperlukan (Cahyani, 2003). Pupuk bokashi,
seperti pupuk
kompos lainnya, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kandungan material
organik pada tanah yang keras seperti tanah podzolik sehingga
dapat meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi bulk
density tanah (Susilawati, 2000, dan Cahyani, 2003).
Berdasarkan hasil
penelitian Cahyani (2003), Penambahan pupuk bokashi berbahan dasar arang sekam
padi dapat meningkatkan nilai batas cair dan batas plastis tanah latosol, namun
terjadi peningkatan indeks
plastisitas. Penambahan bokashi arang sekam padi juga berpengaruh
terhadap kekuatan geser tanah dan peningkatan tinggi maksimum tanaman. Bokashi
juga dapat digunakan untuk mengurangi kelengketan tanah terhadap alat dan mesin
bajak sehingga dapat meningkatkan performa alat dan mesin bajak (Yusuf, 2000),
dengan pengaplikasian bokashi sebelum pengolahan tanah dilakukan.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Bokashi
Bokashi adalah bahan organik kaya akan sumber
hayati. Bokashi merupakan hasil fermentasi bahan organik dari limbah pertanian
(pupuk kandang, jerami, sampah, sekam serbuk gergaji, rumput dll.) dengan
menggunakan EM-4. EM-4 (Efektif Microorganisme-4) merupakan bakteri pengurai
dari bahan organik yang digunakan untuk proses pembuatan bokashi, yang dapat
menjaga kesuburan tanah sehingga berpeluang untuk meningkatkan produksi dan
menjaga kestabilan produksi. Bokashi selain dapat digunakan sebagai pupuk
tanaman juga dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Pupuk
Bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan manfaat bagi
masyarakat. Dengan penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat membantu
menyuburkan tanaman, mengembalikan unsur hara dalam tanah, sehingga kesuburan
tanah tetap terjaga dan ramah lingkungan.
Kelebihan
pupuk organik dari pupuk anorganik cukup banyak diantaranya : Bahan mudah
diperoleh (murah) ,pembuatan sangat mudah, pupuk organik adalah pupuk lengkap, pupuk
organik berfungsi juga memperbaiki kesuburan tanah, dapat tersimpan dalam tanah
dengan waktu yang lama, sedangkan pupuk anorganik bahkan cendrung sebaliknya.
3.2
Hasil
Pengamatan yang dilakukan
1.
Mengamati perubahan bahan organik. Hari pertama, bahan organik
belum hancur, warna masih terlihat terang dan tidak berbau.
2.
Hari kedua sampai hari kelima, bahan organik
sebagian hancur, warna belum mengalami perubahan, terasa hangat dan berbau
menyengat.
3.
Hari kesembilan sampai hari kesepuluh, bahan
organik mulai hancur, masih terasa hangat
warna sudah gelap dan sangat berbau.
4.
Hari kedua belas sampai hari ketujuh belas,
bahan organik dan teksturnya mulai hancur, dan bau berkurang.
5.
Hari kedua puluh sampai kedua puluh tujuh, dilakukan
pengeringan dengan cara menjemur pada panas matahari. Sedangkan bahan organik
teksturnya sangat hancur, warnanya coklat, sedikit halus dan tidak berbau lagi.
Kompos
yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta
tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
Kompos yang baik
memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
1. Berwarna coklat tua
hingga hitam mirip dengan warna tanah,
2. Berefek baik jika
diaplikasikan pada tanah,
3. Suhunya kurang
lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
4. Tidak berbau.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari laporan ini yaitu pada prinsipnya semua bahan yang
berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat dikomposkan sehingga kita
dapat memanfaatkan apa yang ada disekitar kita menjadi lebih baik dan
bermanfaat.
4.2 Saran
Mengingat pentingnya
melestarikan lingkungan sekitar kita, maka kegiatan pengomposan ini perlu
dilakukan. Agar lingkungan kita bersih dari sampah sehingga lingkungan menjadi
asri.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurohim, Oim. 2008. Pengaruh Kompos
Terhadap Ketersediaan Hara Dan Produksi Tanaman Caisin Pada Tanah Latosol Dari
Gunung Sindur, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository, diunduh 13 Juni 2010.
Cahyani, Sri Susanti. 2003. Pengaruh Pemberian
Bokashi Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Tanah serta Pertumbuhan Tanaman Pak
Choi (Brassica chinensis L),
sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 12 Juni 2010.
Guntoro Dwi,dkk. 2003. Pengaruh Pemberian
Kompos Bagase Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu(Saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Indroprahasto, S. Miskin? No Way,
Bokashi Solusinya. Ilmu Komunikasi.
Isroi. 2008. KOMPOS. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Indonesia, Bogor.
Ritapunto, 2008. Bokashi express. http://www.wikimu.com/News/
DisplayNews. aspx?id=11513
Rohendi, E. 2005. Lokakarya Sehari
Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta,
sebuah prosiding. Bogor, 17 Februari 2005.
Susilawati, Rini. 2000. Penggunaan Media
Kompos Fermentasi (Bokashi) dan Pemberian Effective Microorganism - 4 (EM-4) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning Terhadap Pertumbuhan
Semai Acacia mangium Wild,
sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 12 Juni 2010.
Yusuf, Yuslita. 2000. Pengaruh Pemberian
Bokashi Batang Jagung Terhadap Kelengketan Tanah (Soil Stickiness) Pada Alat Pengolahan Tanah Bajak Singkal, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 12 Juni 2010.
Lampiran
Gmbr. 1 bahan utama kompos
Gmbr 2. Mencacah daun gamal
Gmbr 3. Proses
pencapuran bahan utama dengan larutan EM4.
Gmbr 4. Tahap pengadukan
Gmbr 5. Tahap pengeringan (penjemuran)
Gmbr 6. Tahap pengemasan